Masalah "Antibiotik" dan Suramnya Masa Depan??


Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda "Setiap penyakit ada obatnya, kecuali penyakit yang diakibatkan Umur(Tua)" dimana obat tersebut diketahui oleh satu orang dan orang lain ada yang tidak mengetahuinya. Membaca tulisan "Resistensi Antibiotik jadi Masalah Baru" di JPNN.com, membuat rasa prihatin dan sepintas muncul bayangan tentang keputusasaan dimasa yang akan datang. Benarkah demikian?? bagi para pemuja Science dan mencukupkan dirinya hanya pada itu saja, pada satu titiknya seperti pada tulisan tersebut akan ada efek putus asa dan apatis. Namun bagi kaum muslimin menyikapi semua itu tentu saja dengan tetap waspada dan mencermati perkembangan scince namun tidak menyerahkan diri hanya pada kemampuan otak manusia berpikir, sebab dalam keyakinan seorang Muslim, bahwa yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah bukan obat yang dikonsumsi akan tetapi Allah Yang Maha Penyembuh, pun jika kemudian ternyata obat yang diminum tidak mampu menyembuhkan penyakitnya asalkan ia tetap Tawakal bahwa taqdir yang buruk dan yang baik semuanya datang dari Allah 1 dan ia ikhlas menerima serta senantiasa bersabar diatasnya, maka ada harapan besar diujung perjalanannya untuk memasuki satu pase kehidupan yang lain yakni berbahagia di alam kubur sambil menanti kebahagiaan yang lebih besar yang lebih abadi dan kekal. dapatkah ini dijumpai pada orang -orang yang tidak mempunyai keyakinan dan hanya meletakan nasibnya pada dunia dan kemampuannya berpikir?? Bagi orang-orang kafir kesuraman masa depan ada dihadapan mereka dan putus asa membayangi setiap langkahnya, bukankah rahasia yang diungkapkan oleh Allah  melainkan hanya seperti mencelupkan jarum di kedalam lautan, sedikit sekali dan begitu banyak rahasia Allah 1 yang belum diperlihatkan-Nya. 

Saya pernah membaca sebuah kisah nyata yang dikisahkan oleh seorang ulama terkenal bahwa ada seorang wanita yang terpapar penyakit HIV dari suaminya, ia mengadukan nasibnya yang malang kepada Syaikh tersebut dan sang Syaikh menyarankannya untuk terus menerus berobat dengan membaca dan mentadaburi Al-Qur'an, dengan keyakinannya dan tentu saja dengan ijin Allah 1 maka penyakitnya sembuh. Begitu juga ada seorang ibu yang telah lama tidak dikarunia seorang anak dalam pernikahannya, namun ketika permata hati belahan jiwa telah hadir ditengah-tengah mereka, dokter memvonis anak tersebut mengidap suatu penyakit yang menurut "perhitungan Medis" umur si Anak hanya tinggal beberapa hari saja, namun si Ibu dengan kasih sayangnya ia berkeyakinan tidak demikian, InsyaAllah tidak demikian, ia dalam hatinya berpikir, bahwa masalah hidup dan mati hanya ada di Tangan Allah 1, ia pun teringat bahwa Al-Qur'an adalah obat(penyembuh) bagi berbagai macam penyakit (Dzohir maupun bathin), maka mulai saat itu ia terus menerus membaca Al-Qur'an disamping putra kesayangannya, ia terus memperbanyak istighfar, sholat dan membaca Al-Qur'an lagi, itu terus yang diulang-ulangnya ketika menemani "hari-hari terakhir anaknya" dan Allah memang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Si Anak pun sembuh dan sehat wal afiat sampai tumbuh dewasa menemani ibunya tercinta..

Demikianlah bagi Muslimin tidak ada kata putus asa, bahwa ketika kita sakit maka kita diharuskan untuk berobat(yang syar'i, bukan ke dukun yang menyebarkan syirik), akan tetapi bagi seorang muslim ber-obat hanyalah sarana dan yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah yang Maha Penyembuh. Yang diwajibkan bagi kita adalah menempuh "sebab" setelah itu tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal. Kemana hati mencari tempat untuk berlindung, ketika semua jalan seolah tertutup, sungguh merugi orang yang tidak dapat meyakini, hati tertutup bukan karena kehebatan dirinya, itulah hukuman bagi orang-orang yang ingkar, dan petunjuk-Nya tidak akan pernah hadir bagi orang-orang yang dzholim.

0 komentar: